RSS

Tag Archives: budidaya gaharu

ANALISA PERHITUNGAN HASIL BUDIDAYA POHON GAHARU


Untuk Masa Penanaman Thn 2014/2015

Salam Petani Gaharu Indonesia,

        Terima Kasih Atas kunjungannya ke web/blog kami “Kelompok Tani Gubal Gaharu Indonesia = KT-GGI” Berikut ini kami tampilkan analisa perhitungan penanaman pohon gaharu, dengan memberikan gambaran minimal dari hasil panen yang diharapkan. Sengaja kami tampilkan nilai minimal saja, karena kami tidak ingin memberikan mimpi-mimpi kepada semua rekan pembaca. Yang ingin kami berikan adalah bagaimana mengwujudkan keinginan kita semua melalui sektor budidaya gaharu, dengan kerja keras, ketekunan dan kesabaran, Insya Allah apa saja yang kita inginkan bisa terwujud.

Pada analisa penanaman ini kami sajikan perbandingan analisa penanamanmenggunakan bibit jenis A. Malaccensis VS Bibit Unggul GM Super, sehingga petani gaharu indonesia dapat menentukan pilihannya manakah yang akan ditanam ?

Bibit Jenis A. Malaccensis  Biasa ?

Atau kah , Jenis Bibit Unggul GM Super ?

Analisa yang kami tampilkan pada web ini mempertimbangkan beberapa hal :

  1. Bahwa pohon gaharu yang diperhitungkan bukanlah dalam bentuk glondongan kayu atau penjualan yang dilakukan dengan cara dihitung penjualan per batang pohon gaharu.
  2. Analisa yang disajikan adalah analisa hasil panen gaharu, dimana dalam setiap batang pohon gaharu hasil panen terdiri dari beberapa jenis grade/mutu resin gaharu yang dihasilkan.
  3. Setiap grade/mutu resin gaharu di jual secara kiloan atau per kg, dengan harga per kg nya di hitung besar kecilnya disesuaikan dengan tingkatan mutu resin gaharunya.
  4. Semakin baik dan semakin banyak kandungan resin dalam satu batang pohon gaharu, maka semakin tinggi nilai ekonominya.
  5. Perhitungan yang disajikan adalah harga minimal saat ini (2012). dan kemungkinan besar harga ini akan naik untuk tahun-2 berikutnya.

Silakan klik tautan ini untuk melihat Analisa penanaman Bibit Jenis A.M dan Jenis Bibit Unggul Gm Super.

ADRESS-KTGGI

 
100 Comments

Posted by on January 17, 2012 in B-BUDIDAYA

 

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Sudah Gaharu Cendana Pula (Harum 200 Juta/Liter)


MINYAK GAHARU Rp. 200 Juta/Liter

Gaharu merupakan sebuah nama komoditi hasil hutan non kayu yang pada saat ini sudah menjadi perbincangan banyak orang mulai dari kalangan atas sampai dengan para petani di desa-desa yang jauh dari perkotaan. Sejarah telah membuktikan bahwa keharuman gaharu telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu.

Dilihat dari wujud dan manfaatnya, gaharu memang sangat unik. Gaharu sebenarnya sebuah produk yang berbentuk gumpalan padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman pohon induk  (misalnya: Aquilaria M.) yang telah mengalami proses perubahan fisika dan kimia akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Oleh sebab itu tidak semua pohon penghasil gaharu mengandung gaharu.

Dari sisi pemanfaatan, gaharu sejak zaman dahulu kala sudah digunakan, baik oleh kalangan bangsawan (kerajaan) hingga masyarakat suku pedalaman di pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Gaharu dengan demikian mempunyai nilai sosial, budaya, dan ekonomi yang cukup tinggi. Secara tradisional gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk acara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik dan obat-obatan sederhana. Dan pada Saat ini pemanfaatan gaharu telah berkembang demikian meluas antara lain untuk parfum, aroma terapi, sabun, body lotion, bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti mikrobia, dan stimulan kerja syaraf dan pencernaan.

Dengan Meningkatnya perdagangan gaharu sejak 30 tahun terakhir ini, menyebakan timbulnya kelangkaan hasil hutan berupa gubal gaharu dari alam. Berdasarkan informasi, harga gaharu dengan kualitas Super di pasaran nasional Indonesia, yang diketahui Kelompok Tani Gubal Gaharu Indonesia, untuk saat ini telah mencapai Rp 40.000.000,- s/d Rp 50.000.000,- per kilogram dengan kwalitas super, kualitas Tanggung dengan harga rata-rata per kilogram Rp 20.000.000,-, kualitas Kacangan dengan harga rata-rata Rp15.000.000,-, kualitas Teri (Rp 10.000.000,- s/d Rp14.000.000,-), kualitas Kemedangan (Rp 1.000.000,- s/d Rp 4.000.000,-), dan Suloan (Rp75.000,-).

Bertahun-tahun masyarakat dan pemerintah daerah di Indonesia menikmati berkah dari keberadaan gaharu pohon gaharu ini, baik sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun penerimaan daerah. Besarnya permintaan pasar, harga jual yang tinggi, dan pola pemanenan yang berlebihan serta perdagangan yang masih mengandalkan pada alam tersebut, maka jenis-jenis tertentu misalnya Aquilaria dan Gyrinops saat ini sudah tergolong langka, dan masuk dalam lampiran Convention on International Trade on Endangered Spcies of Flora and Fauana (Appendix II CITES).

Sejak tahun 1994 Indonesia sudah berkewajiban melindungi pohon penghasil gaharu, namun menurut kenyataan, keberadaan pohon penghasil gaharu tersebut di Indonesia tidak terkecuali di Sumatera dan Kalimantan semakin langka keberadaannya. Selama ini masyarakat hanya tinggal memanen gaharu yang dihasilkan oleh alam. Seringkali masyarakat tidak tahu pasti kapan pohon penghasil gaharu mulai membentuk gaharu dan bagaimana prosesnya. Kelangkaan terjadi karena pohon penghasil gaharu ditebang tanpa memperhatikan ada atau tidak adanya gubal gaharu pada pohon tersebut.

Menurut hasil kajian, departemen kehutanan RI, dari 20 pohon penghasil gaharu yang ditebang di hutan alam hanya ada satu atau sering sama sekali tidak ada yang mengandung gaharu. Kalaupun ada pohon yang mengandung gaharu, maka jumlah gaharu yang ada di pohon tersebut hanya beberapa kilogram saja. Oleh karena itu dapat dibayangkan kalau pencari gaharu mendapatkan gaharu kira-kira 5 kilogram, mungkin puluhan atau bahkan ratusan pohon penghasil gaharu yang harus ditebang. Praktek semacam inilah yang mengakibatkan jumlah pohon pengahasil gaharu di alam semakin menurun dari tahun ke tahun.

Indikasi menurunnya pupulasi pohon penghasil gaharu ditunjukkan oleh kecenderungan produksi gaharu dari Kalimantan dan Sumatera dari tahun ke tahun, di mana realisasi produksi gaharu pada dekade 80’an pernah mencapai ribuan ton dengan kualitas yang tinggi, sedangkan saat ini produksi tersebut merosot drastis hanya kira-kira puluhan ton saja dengan kualitas yang bervariasi.

Guna menghindari agar tumbuhan jenis gaharu di alam tidak punah dan pemanfaatannya dapat lestari maka perlu diupayakan untuk budidaya tanaman pohon gaharu, Namun upaya budidaya tersebut tidak mudah dilaksanakan, dan kalaupun ada usaha konservasi dan budidaya namun skalanya terbatas dan hanya dilakukan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM konservasi. Sementara masyarakat secara luas enggan untuk melakukan budidaya pohon penghasil gaharu karena memang masyarakat luas belum mengetahui peluang emas dengan melakukan budidaya pohon gaharu.

Peluang untuk mengembalikan gaharu menjadi sebuah produk hutan non kayu, menjadi produk andalan kembali terbuka dengan ditemukannya teknologi rekayasa produksi gaharu. Dengan teknologi inokulasi maka produksi gaharu dapat direncanakan dan dipercepat melalui induksi jamur pembentuk gaharu pada pohon penghasil gaharu. Peningkatan produksi gaharu dimaksud (yang kegiatannya terdiri dari kegiatan di bagian hulu sampai hilir) selanjutnya akan berdampak pada peningkatan penerimaan oleh masyarakat petani melalui kelompok tani.

Untuk itu melalui Kelompok Tani “GUBAL GAHARU INDONESIA”  KT-GGI, berusaha untuk menghimpun segenap lapisan masyarakat, dalam program menanam 1.000.000,- pohon gaharu untuk peningkatan ekonomi keluarga di Indonesia agar lebih baik dimasa yang akan datang.

 MARI BERSAMA KT-GGI, KITA SONGSONG MASA DEPAN  YANG LEBIH BAIK.

Link Terkait :

PANEN BER X X, DENGAN BIBIT UNGGUL “GM SUPER”

Analisa kalkulasi biaya dan pendapatan menanam pohon gaharu
PRODUK KT-GGI
Menjadi anggota tani “Gubal Gaharu Indonesia”
BUDIDAYA POHON GAHARU

VIDEO KT-GGI

Proses Inokulasi pada pohon Gaharu

INGIN MENJADI PERWAKILAN KT-GGI

RUANG IKLAN GGI SUPER

 
 
 

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

PEMELIHARAAN TANAMAN


Pohon gaharu sesuai ditanam di antara daerah dataran rendah hingga ke perbukitan pada ketinggian 0 – 750 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan kurang dari 2000 cm. Suhu yang sesuai adalah antara 27°C hingga 32°C dengan kadar cahaya matahari sebanyak 70%. Jenis tanah yang sesuai adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0.

Biji benih yang berkualitas amat penting untuk pembibitan , biasanya pembenihan di lakukan oleh nurseri untuk menjamin bibit benih tanaman dalam volume yang besar dan berkelanjutan . Buah karas dari jenis Aquilaria Malaccencis adalah berbentuk kapsul, 3.5 cm hingga 5 cm panjang, ovoid dan berwarna coklat. Kulitnya agak keras. Mengandung 3 hingga 4 biji benih bagi setiap buah.

Penanaman bisa dilakukan di tanah-tanah perkebunan ataupun di tanah yang sempit seperti halaman rumah atau masjid. Bisa juga ditanam di kebun kelapa sawit, ladang kopi dan kebun di bawah pokok-pokok yang lain yang berumur antara 5 – 8 tahun. Teknik tanaman secara sistem tumpangsari atau intergrasi dengan 2 atau lebih tanaman juga boleh dilakukan.

Teknik menanam adalah dengan menggali lubang dalam jarak ukuran 2mx2m, 3mx3m, atau 3mx5m. Tergantung kepada teknik tanaman secara selang, intergrasi atau sebagainya. Anak pokok dikeluarkan dari politena bag dan dimasukkan ke dalam lubang yang digali dengan besar diameter dan kedalaman 0.5 meter. Tanah dipermukaan dipadatkan dengan tangan untuk memastikan akar bersentuhan rapat dengan tanah dan hindarkan pengaliran air di permukaan (surface water). Kadar pemupukan tidak boleh melebihi 100 gm bagi tiap-tiap lubang yaitu dengan kadar pupuk NPK 15:15:15 sebanyak 40 – 50 gm dan TSP sebanyak 40 – 50 gm semasa proses penanaman.

Pohon gaharu yang ditanam perlu dibersihkan dari gangguan pokok lain sekitar 50 cm untuk menghindarkan persaingan hidup. Pekerjaan ini dilakukan dalam 2 – 3 kali setahun sehingga pohon berusia 5 tahun. Pengemburan 2 kali setahun adalah amat baik untuk memberi oksigen ke dalam tanah untuk melancarkan penyerapan makanan oleh pohon.

Selamat Memulai, demi masa depan keluarga yang lebih baik !

Link Terkait :

Menjadi anggota tani “Gubal Gaharu Indonesia”
Budidaya Pohon Gaharu
Analisa kalkulasi biaya dan pendapatan menanam pohon gaharu
Order Bibit Pohon Gaharu
Proses Inokulasi pada pohon Gaharu
Ingin Menjadi Perwakilan Tingkat Kota/Kabupaten KT-GGI

 
2 Comments

Posted by on January 4, 2012 in B-BUDIDAYA

 

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

3 batang pohon GAHARU HASILKAN UANG Puluhan Juta !!!


Selasa, 15/03/2011 | 10:19 WIB

Nama gaharu mungkin sudah cukup lama akrab di telinga sebagian masyarakat Indonesia. Salah satu buktinya, pepatah Melayu yang berbunyi: sudah cendana gaharu pula. Meski demikian, hingga kini belum banyak yang tahu bahwa gaharu bisa dibudidayakan dan nilainya, selangit.

Semula niat Abdulqodir Hadi Mustofa menanam 39 bibit gaharu di sela-sela pohon karet amat sederhana: cuma ingin mengambil kulit batang yang kuat. Ia ingin memanfaatkannya sebagai tali tas pengangkut getah karet. Namun atas saran kerabat ia memasukkan cairan cendawan Fusarium sp di 3 lubang.

Dua tahun kemudian pada Oktober 2008, Abdulqodir menebang sebatang pohon itu dan memperoleh 300 kg kemedangan (semacam getah damar). Tanpa dia sangka-sangka, kemedangan diperolehnya itu laku dijual seharga Rp 300 ribu per kg. Dari 100 kg saja kemedangan yang terjual, pria 50 berusia tahun itu mampu memperoleh pendapatan Rp 30 juta.

Fusarium sp yang diinokulasi atau disuntikkan Abdulqodir ke jaringan pohon itu sebetulnya kuman penyebab penyakit untuk pohon spesies tertentu. Oleh karena itu pohon yang disuntik tersebut, melawan dengan memproduksi getah resin bernama fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke seluruh jaringan pohon. Seiring waktu, getah resin itu mengeras di sudut-sudut pembuluh xylem dan floem – organ pohon yang mendistribusikan makanan – membentuk gumpalan berwarna kecokelatan, serta harum bila dibakar. Itulah kemedangan yang dipanen oleh Abdulqodir, pekebun di  Kotabaru, Provinsi Jambi.

Andai waktu inokulasi lebih lama, 2-4 tahun, kemedangan yang semula kecokelatan itu berubah warna menjadi kehitaman dan lebih harum lantaran kadar resin lebih tinggi. Itulah yang disebut gubal gaharu, atau sering disebut dengan ‘gaharu’ saja. Melalui metode penyulingan, gaharu umumnya dimanfaatkan sebagai pewangi. Saat ini, harga gaharu di pasaran berkisar antara Rp 5 juta-Rp 30 juta per kg, tergantung tinggi rendah kadar resinnya. Bahkan gaharu kualitas super atau kategori paling bagus, harganya bisa menembus angka Rp 50 juta per kg.

Karena itu, tak mengherankan bila Abdulqodir berencana membiarkan selama beberapa tahun, 38 batang pohon gaharu miliknya yang sudah terinokulasi cairan cendawan Fusarium sp. Dengan demikian, maka Abdulqodir bak menyimpan harta karun. Bayangkan, sebuah pohon berumur 15 tahun seperti milik Abdulqodir bakal menghasilkan rata-rata 1 kg gubal gaharu. Hanya dengan kualitas terendah dan harga termurah per kg Rp 5 juta, maka omzetnya dapat mencapai Rp190 juta.

Gaharu yang memberi pendapatan tidak kecil pada Abdulqodir, memang bukan nama pohon, tetapi resin yang dihasilkan dari pohon genus tertentu. Hanya saja, untuk mudahnya, masyarakat menyebut setiap pohon yang dapat menghasilkan kemedangan atau gubal gaharu, sebagai pohon gaharu.

Peluang Besar

Ketua Asgarin (Asosiasi Pengusaha Eksportir Gaharu Indonesia) Dr Faisal Salampessy SH mengungkapkan, permintaan terhadap gaharu terus meningkat karena bejibun kegunaannya. “Beberapa agama di dunia mensyaratkan wangi gaharu yang dibakar sebagai sarana peribadatan. India dan China paling besar menyerap untuk kemenyan,” kata doktor perencana keuangan dari Universitas New Delhi di India itu.

Selain agama, pola hidup juga berpengaruh. Di Timur Tengah gaharu menjadi kebutuhan pokok. “Masyarakat Arab menggunakan gaharu untuk siwak atau menggosok gigi agar mulut tidak bau. Kondisi iklim panas dan kegemaran mengkonsumsi daging membuat tubuh mereka bau menyengat sehingga gaharu juga dipakai untuk pengharum,” kata Dr Afdol Tharik Wastono SS MHum, dosen Sastra Arab Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Saat ini Indonesia menjadi produsen gaharu terbesar di dunia. Total ekspor gaharu Indonesia ke negara-negara Asia seperti Taiwan mencapai 92.188 kg. Jumlah itu naik dibandingkan 2005 (70.335 kg) dan 2004 (32.365 kg). Mayoritas yang diekspor kemedangan. Untuk pasar Timur Tengah terjadi penurunan ekspor: 2006 (39.400 kg), 2005 (67.245 kg). Musababnya mereka ingin gubal super yang sulit diperoleh.

Sebab itu yang mengeluh kekurangan bahan baku bukan cuma Taufik Murad. CV Ama Ina Rua, eksportir di Jakarta juga kekurangan pasokan gaharu. Menurut Faisal Salampessy, direktur, berapa pun produksi akan diserap. Perusahaan yang berdiri pada 2000 itu kini hanya mengekspor 2-3 ton dari semula 5,6 ton per bulan gaharu ke Singapura.

Menurut Joni Surya ke depan gaharu budidaya lah yang banyak diperjualbelikan. “Seberapa lama alam bisa menyediakan gaharu?” tanyanya. Apalagi di masa mendatang kebutuhan gaharu sebagai aromaterapi dan obat meningkat. Sebagai obat faedahnya antara lain antiasma, anti-mikroba, serta hepatitis. Itu karena gaharu mengandung 17 senyawa aktif seperti agarospirol, aquilochin, dan noroksoagarofuran.

Substansi aromatik dalam gubal termasuk golongan sesquiterpena yang hingga kini belum dapat dibuat sintetisnya. Baru-baru ini sebuah perusahaan parfum terbesar di Jerman mengundang para peneliti tanahair melakukan uji DNA untuk mengetahui pencetus aroma gaharu. ‘Mereka berkepentingan karena selama ini tidak pernah kebagian bahan baku yang selalu habis terserap pasar Timur Tengah,’ ungkap Dr Teuku Tadjuddin, kepala seksi Bioteknologi Puspiptek Serpong di Tangerang.

Pantas jika penanaman gaharu terus meluas. Apalagi harga jual terus melambung. Jika pada 2001 per kg gaharu super harganya Rp 4 juta-Rp 5 juta, saat ini sudah mencapai Rp10 juta-Rp 50 juta. Demikian pula harga gubal kelas AB yang cuma Rp 2 juta-Rp 3 juta per kg, saat ini telah tembus Rp 4 juta-Rp 5 juta.

ANDA INGIN UANG DARI GAHARU ?

SEGERA BERGABUNG DENGAN KELOMPOK TANI “GUBAL GAHARU INDONESIA”,  KT-GGI

Link Terkait :

PANEN BER X X, DENGAN BIBIT UNGGUL “GM SUPER”

Analisa kalkulasi biaya dan pendapatan menanam pohon gaharu
PRODUK KT-GGI
Menjadi anggota tani “Gubal Gaharu Indonesia”
BUDIDAYA POHON GAHARU

VIDEO KT-GGI

Proses Inokulasi pada pohon Gaharu

INGIN MENJADI PERWAKILAN KT-GGI

RUANG IKLAN GGI SUPER
 
6 Comments

Posted by on December 23, 2011 in E-BUKU & ARTIKEL

 

Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,